Fakta tentang kecoa
Kecoa,
lipas, atau coro adalah insekta dari ordo Blattodea yang kurang lebih terdiri
dari 3.500 spesies dalam enam familia. Kecoa terdapat hampir di seluruh belahan
bumi, kecuali di wilayah kutub.
1. Mati telentang
Kecoa
liar mati (pada sebagian besar kasus), di dalam perut burung-burung atau hewan
kecil lainnya yang memakannya. Di rumah kita, mereka mati karena tidak dapat
membetulkan posisinya setelah jatuh. Di alam liar, dimana banyak dedaunan dan
kayu-kayu kering, kecoa memiliki sesuatu yang bisa dipegang, namun di rumah
kita, dengan lantai yang licin, kecoa cuma bisa 'terdampar'. Sebagai tambahan,
beberapa insektisida bekerja dengan menyebabkan kekejangan otot dan kekurangan
koordinasi otot, yang menyebabkan serangga terbalik posisinya. Tanpa kemampuan
untuk mengontrol ototnya, kecoa mati dalam keadaan telentang.
2. Vocal Cords
Madagascar Hissing Cockroach yang terkenal itu dipercaya satu-satunya serangga yang menggunakan lorong udaranya untuk membuat suara. Sebagian besar serangga lain memproduksi berbagai suara dengan menggosok bagian-bagian tubuh bersama-sama (catatan: beberapa kumbang memaksa udara untuk melalui piringan pelindung mereka, namun ini tidak melibatkan sebuah lorong udara pernapasan). Hisser membuat dua suara berbeda, ketika mereka merasa terganggu dan ketika dua ekor jantan saling berhadapan. Karena mereka berukuran besar (5-8 cm) dan tidak memiliki sayap, mereka sering digunakan di film-film.
3. Tidak berkepala
Kecoa tidak membutuhkan kepala untuk dapat bertahan hidup. Sebagai pembanding, manusia membutuhkan kepala untuk 3 fungsi, antara lain:
1. Bernapas melalui hidung dan mulut, dan pernapasan dikontrol oleh otak.
2. Kehilangan kepala menyebabkan kehilangan darah secara drastis.
3. Kita makan melalui mulut.Namun bagi kecoa:
- Mereka bernapas melalui ventilator di seluruh tubuhnya dan otak tidak mengontrol fungsi ini.
- Serangga tidak memiliki tekanan darah seperti pada mamalia dan tidak akan 'bleed out'
- Sebagai seekor hewan berdarah dingin, makanan yang sedikit dapat bertahan sebulan penuh. Kecoa tanpa kepala dapat bertahan hidup cukup lama.
4.
Menyebabkan global warming
Studi
menunjukkan bahwa kecoa kentut rata-rata tiap 15 menit. Bahkan setelah mati,
mereka akan tetap melepaskan metana hingga 18 jam. Dalam skala global, gas
dalam perut serangga diperkirakan menyumbang 20% dari semua emisi metana. Fakta
ini menempatkan kecoa sebagai salah satu kontributor terbesar global warming.
Kontributor besar lainnya adalah rayap dan sapi.
Penelitian
terakhir dari Iowa University, AS, menemukan bahwa kecoa tahan terhadap radiasi
hingga 105.000rems ( manusia hanya tahan bila tekena radiasi kurang dari 800
rems).
Sel-sel
kecoa membelah hanya pada saat siklus molting, sekitar sekali seminggu. Maka
mereka bersifat sensitif pada radiasi hanya sekitar 48 jam, atau 1/4 minggu.
Manusia memiliki darah dan immune stem-cell yang membelah secara konstan.
Dengan radiasi bom nuklir, semua manusia akan mati, namun hanya 1/4 dari kecoa
yang akan bertahan hidup.
Ada
pembicaraan yang menyatakan kecoa merupakan satu-satunya yang dapat bertahan
hidup dalam serangan bom nuklir. Sel-sel hidup sensitif pada radiasi terutama
ketika mereka sedang membelah (itulah efektivitas dari radiasi pada sel
kanker). Sel-sel kecoa membelah hanya pada saat siklus molting, sekitar sekali
seminggu. Maka mereka bersifat sensitif pada radiasi hanya sekitar 48 jam, atau
1/4 minggu. Manusia memiliki darah dan immine stem-cell yang membelah secara
konstan. Dengan radiasi bom nuklir, semua manusia akan mati, namun hanya 1/4
dari kecoa yang akan bertahan hidup. Yang menarik, Mythbusters melakukan tes
dan ternyata kecoa dapat hidup pada intensitas radiasi 10x yang dibutuhkan
untuk membunuh manusia.
6. Kecoa
membantu dalam bidang medis
Para
ilmuwan di india yg sedang mengembangkan teknologi jantung buatan menggunakan
jantung kecoak sebagai model, sebuah prototype yg dihasilkan mampu memberikan
sebuah jantung buatan yang lebih murah dan lebih bisa diandalkan untuk
dicangkok dibanding dengan jantung buatan yang sekarang ada.
Kunci
utama jantung buatan tersebut berkaitan dengan sistem pernafasan kecoak yang
sangat unik. Kecoak memiliki 13 bilik pemompa darah, sedang manusia hanya
memiliki 4. Jika sebuah bilik jantung manusia tidak mampu memompa maka dia akan
mendapatkan serangan jantung yang sangat fatal, tapi dengan jantung yang
memiliki 13 bilik ini, jantung akan tetap mampu memompa meskipun 1 bilik
mengalami kerusakan. Jantung kecoak yang memiliki 13 bilik membuatnya mampu
untuk tetap bertahan meskipun salah satunya mengalami kegagalan, tapi hal itu
tidak bisa terjadi pada manusia.
Model
yang mereka buat berbasis pada sistem kerja jantung kecoak, dimana mereka
membuat mekanisme tekanan menjadi lebih terperinci. Jadi meskipun salah satu
bilik gagal, orang yang menggunakan jantung ini masih bisa hidup.
Jantung
buatan ini tidak menekan komponen lain (elemen pemompa) dan menggunakan tekanan
yang rendah pada sel darah, ini kata Professor Sujoy Guha sang pemimpin tim
penelitian.10 orang anggota tim penelitian di Indian Institute of Technology
(ITT) yang berada di barat Bengal ini menghabiskan hampir 3 tahun waktunya
untuk mengembangkan jantung buatan ini dengan menggunakan bahan metal dan
plastik.
Jantung
buatan ini merupakan terobosan baru dan lebih maju dibandingkan dengan jantung
buatan yang sekarang ada di pasaran, dimana pemompaan darah masih tergantung
pada sebuah bilik. Ini adalah sebuah kemajuan tetapi merupakan satu hal yang
rumit. Akan membutuhkan 3 tahun lagi untuk memasarkan produk ini.
Saat ini
produk ini sedang diujicobakan ke binatang, memerlukan beberapa tahun untuk
dicobakan ke manusia, kata Professor Sujoy Guha lagi. Diperkirakan harga
jantung buatan ini bakal berkisar 100.000 rupee yang hampir sama dengan $2000.
Ini 30 kali lebih murah dibandingkan jantung buatan yang ada dipasaran saat
ini.
7. Kecoa mampu hidup di luar angkasa
Menurut
Anatoly Grigoryev,seorang wakil presiden akademi ilmu pengetahuan rusia,”
Kecoak mampu hidup selama 18 bulan di luar stasiun luar angkasa dan diperkirakan
bisa hidup di planet yang dihuni oleh alien” Grigoryev mengambil sample
penelitian kecoa-nya dari afrika. Kecoak dari afrika ini dipilih karena bisa
hidup didaerah yang sangat ekstim,yaitu minus 150 derajat celcius(dingin
banget) dan si kecoak ini juga bisa bertahan hidup dengan suhu yang panas
sekitar 60 derajat celcius.
8. Saraf pada kecoa
Sebuah penelitian mendapati kecoa telah ada sejak 300 juta tahun lalu. Kemampuan adaptasi kecoa, dalam lingkungan paling ekstrem amat mengagumkan. Tidak banyak orang awam yang tahu bahwa serangga besar ini sudah ada di muka bumi sejak 300 juta tahun lalu atau lebih tua dari dinosaurus.
Ketika keluarga reptil raksasa dinosaurus musnah sekitar 65 juta tahun lalu, keluarga kecoa terus bertahan hidup hingga kini. Para ahli biologi bahkan memperkirakan, jika terjadi bencana atom di muka bumi, salah satu makhluk hidup yang akan tetap eksis adalah kecoa.
Hasil penelitian tersebut juga mendapatkan serangga ini, dalam sejarah evolusinya yang panjang, mengembangkan dua sistem senso-motorik yang independen. Itu artinya, keduanya dapat berfungsi berbarengan, atau juga berfungsi masing-masing tanpa tergantung sistem yang lain.
Sistem senso-motorik yang pertama berada di bagian kepala, dengan dua antena yang berfungsi sebagai penala getaran. Kedua bagian kaki belakang yang menerus ke bagian perut, dengan rambut-rambut halus, juga berfungsi serupa antena.
Penelitian Prof Christopher Comer, ahli saraf dari Universitas Illinois di Chicago AS, dalam sebuah jurnal mengungkap kecepatan lari kecoa hanya sekitar 5 kilometer per jam. Yang sangat mengagumkan adalah kecepatan reaksi sistem senso-motoriknya dalam menanggapi rangsangan dari luar.
Jika sistem penala getaran di kaki belakang atau antena di kepala mendapat rangsangan tiba-tiba, reaksinya terjadi hanya dalam waktu 15-20 milidetik atau lebih cepat dari kedipan mata, kecoa sudah bereaksi melakukan pertahanan dengan menyelamatkan dirinya. Bandingkan dengan kecepatan reaksi otak manusia, yang memerlukan waktu sekitar 200 milidetik, untuk menanggapi rangsangan dari luar.
Dengan kecepatan reaksi terhadap rangsangan yang luar biasa ini, sudah mencukupi bagi kecoa yang memiliki kecepatan lari hanya 5 kilometer per jam, untuk dapat melepaskan diri dari segala bahaya.
Hal menarik lainnya, adalah dua sistem senso-motorik kecoa yang terpisah dan independen sehingga jika salah satu sistemnya disabot atau dimatikan, sistem yang lain masih tetap aktif dan berfungsi. Bahkan, kecoa yang dipotong kepalanya masih bereaksi secepat semula.
Ketika keluarga reptil raksasa dinosaurus musnah sekitar 65 juta tahun lalu, keluarga kecoa terus bertahan hidup hingga kini. Para ahli biologi bahkan memperkirakan, jika terjadi bencana atom di muka bumi, salah satu makhluk hidup yang akan tetap eksis adalah kecoa.
Hasil penelitian tersebut juga mendapatkan serangga ini, dalam sejarah evolusinya yang panjang, mengembangkan dua sistem senso-motorik yang independen. Itu artinya, keduanya dapat berfungsi berbarengan, atau juga berfungsi masing-masing tanpa tergantung sistem yang lain.
Sistem senso-motorik yang pertama berada di bagian kepala, dengan dua antena yang berfungsi sebagai penala getaran. Kedua bagian kaki belakang yang menerus ke bagian perut, dengan rambut-rambut halus, juga berfungsi serupa antena.
Penelitian Prof Christopher Comer, ahli saraf dari Universitas Illinois di Chicago AS, dalam sebuah jurnal mengungkap kecepatan lari kecoa hanya sekitar 5 kilometer per jam. Yang sangat mengagumkan adalah kecepatan reaksi sistem senso-motoriknya dalam menanggapi rangsangan dari luar.
Jika sistem penala getaran di kaki belakang atau antena di kepala mendapat rangsangan tiba-tiba, reaksinya terjadi hanya dalam waktu 15-20 milidetik atau lebih cepat dari kedipan mata, kecoa sudah bereaksi melakukan pertahanan dengan menyelamatkan dirinya. Bandingkan dengan kecepatan reaksi otak manusia, yang memerlukan waktu sekitar 200 milidetik, untuk menanggapi rangsangan dari luar.
Dengan kecepatan reaksi terhadap rangsangan yang luar biasa ini, sudah mencukupi bagi kecoa yang memiliki kecepatan lari hanya 5 kilometer per jam, untuk dapat melepaskan diri dari segala bahaya.
Hal menarik lainnya, adalah dua sistem senso-motorik kecoa yang terpisah dan independen sehingga jika salah satu sistemnya disabot atau dimatikan, sistem yang lain masih tetap aktif dan berfungsi. Bahkan, kecoa yang dipotong kepalanya masih bereaksi secepat semula.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar