MSG (Monosodium glutamat)
Indonesia merupakan salah satu produsen MSG (monosodium glutamat) terbesar di dunia. MSG pertama kali dibuat secara komersial pada tahun 1909 dengan bahan baku gluten dari gandum. Di beberapa negara bahan baku yang digunakan adalah bit, jagung, tapioka, sisa pembuatan gula, dan molase (tetes tebu). Asam glutamat merupakan unsur utama MSG. Prof. Kikunae Ikeda, peneliti asal Jepang tahun 1908 pertama kali mengisolasi asam glutamat dari ganggang laut Kaminaria japonica yang dikeringkan. Jauh sebelum penelitian Prof. Ikeda, pada tahun 1866, seorang ahli kimia Jerman Ritthausen telah melakukan hal yang sama. Prof. Ikeda yakin bahwa kristal asam glutamat merupakan kunci rasa gurih pada masakan sup yang dimakan orang Jepang.
|
Kristal MSG (monosodium glutamat) yang diperbesar |
Menurut penelitian Hellen Keller International yang diedarkan tahun 1986, mengkonsumsi 12 gram asam glutamat per hari dapat menimbulkan gangguan lambung, gangguan tidur, dan mual.
Pembuatan msg menggunakan bakteri untuk proses fermentasi tetes tebu (molase). Sebelum digunakan, bakteri tersebut dibiakan dalam media yang mengandung bacto-soytone (merupakan nutrisi untuk menumbuhkan bakteri). Bacto-soytone merupakan hasil hidrolisis enzimatik kedelai. Enzim untuk hidrolisis tersebut berasal dari procine yang berfungsi sebagai biokatalisator (enzim tersebut tidak ikut dalam proses produkasi selanjutnya). Dengan penambahan soda cair diperoleh monosodium glutamat, selanjutnya dilakukan pemurnian dan kristalisasi akhir sehingga diperoleh MSG yang murni.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar